Senin, 01 Juni 2015

SKP : Mengapa Pembinaan Pegawai Tidak Membawa Perbaikan




Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. QS An Nahl:125 

“Kami tidak kurang kurang melakukan pembinaan tapi tetap saja tidak banyak perubahan kearah perbaikan..” . Kata salah seorang  “Manajer” dari sebuah lembaga pemerintah dengan wajah memerah. 

“Organization no longer have the luxury of conducting business as usual.They must learn in order to adapt and  change .... The global learning organization is more adaptable and flexible compared to traditional organization, because it enables companies to anticipate and respond to change quickly. People find security not stability but in dynamic equilibrium. Symplistics  answers are always important than penetrating questions”.Kofman and  Senge, Learning Organizations Developing Culture  for Tommorrow’s Workplace.


Pembinaan oleh atasan langsung maupun penangung jawab unit kerja adalah memastikan agar bawahan senantiasa melaksanakan tugas tugasnya sesuai dengan tujuan organisasi atau mengawal bawahannya agar mengerjakan tugas tugasnya sesuai aturan main yang berlaku.Namun seringkali pencapaian target kinerja  tidak tercapai sebagaimana mestinya baik dari sisi jumlah,mutu dan waktu.Dikarenakan model penilaian hanya berorientasi pada apa yang sudah dilakukan dan pencapaian daya serap anggaran yang telah dilaksankan ,belum berorintasi pada cost effectiveness yang mengarah pada value dan benefit dari sebuah pelaksanaan kegiatan.  

Agar supaya pembinaan berdampak pada perbaikan dan kemajuan diperlukan beberapa pengenalan penyebabnya dan  langkah solusi nya  berikut ini:

Pertama, Kelemahan sebuah  aktivitas kegiatan pelaksanaan tugas sehari hari yang disebut sebagai tugas pokok sebagai beban kerja seringkali tidak benar benar fokus pada tujuan ,tidak memiliki perencanaan dan program dan perangkat kebijakan yang mengawal agar tujuan (tupoksi) itu tercapai sesuai misi dan visi organisasi. 

Oleh karena itu pihak manajeman menyusun sebuah strategi implementasi yang sistematis untuk memberikan arah  kepada setiap pegawai dan sumber daya lainya mencapai tujuan organisasi. Peran perencanaan,koordinasi dan organisasi kepemimpinan serta  pengelolaan  merupakan kemudi untuk tercapainya tujuan organisasi.

Kedua, Tidak adanya uji petik atau saringan atas suatau kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai data pencapaian tahun lalu (data primer) atau data pembanding dari unit kerja lain(data sekunder),seringkali membuat sebuah perencanaan kegiatan tidak dapat mengalami proses perbaikan dari tahun ketahun atau stagnan. 

Oleh karena itu  dalam perencanaan sudah semestinya mengakomodasi berbagai sumber daya yang dimiliki ,untuk memastikan bahwa hail akhir sudah diprediksi dengan berbagai tindakan korektif saat proses sebuah kegiatan dilaksanakan. Permasalahan dalam sebuah kegiatan tidak dibiarkan berlarut larut dan langsung mendapatkan koreksi.

Ketiga, Penentuan ukuran  kebarhasilan dari sebuah kegiatan  bisanya ditetapkanhanya pada keberhasilan pelaksanaan berjalan lancar. Sehingga tidak jarang para pegwai hanya menjalankan tugas agar pekerjaannya berjalan lancar terlepas makaina mutu output maupun outcome nya .

Solusi agar sebuah kegiatan efektif dan efesien, adalah memberikan standar unkuran berdasarkan capaian kuantitatif yakni ukuran berdasarkan angka angka yang dilaksankan,jumlah target sasaran,jumlah “produk” yang didistribusikan dan jumlah pekerjaan yang diselasaikan.  Ukuran kedua adalah menentukan ukuran mutu kinerja,ukuran ini memang agak sulit ditetapkan namun dengan menggunakan standar mutu tertentu ,misalnya ISO atau penetetapan mutu oleh instansi maka mutu kinerja bisa terukur mutu pencapaiannya. Ukuran ketiga adalah satuan waktu ,dimana setiap pekerjaan harus dapat diselasaikan dengan target waktu yang telah ditentukan.

 Peran atasan dalam hal ini adalah bertindak sebai mentor yang senantiasa melakukan pengecekan apakah pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mesetinya dan melakukan koreksi serta pembinaan jika mengalami penyimpangan 

Meskipun hambatan terbesar dari pembinaan terhadap SDM adalah latar belakang budaya dan sosial dari organisasi namun tantangan bagi seorang atasan adalah me -manage  seluruh elemen organisasinya sesuai value system yang telah ditetapkan . Bersambung


0 komentar:

Posting Komentar