Selasa, 31 Agustus 2010

Pegawai Negeri , “Pangkatnya” dan Keadilan Gaji.


Pegawai Negeri , “Pangkatnya” dan Keadilan Gaji.

“ Barangsiapa mengerjakan amal amal shaleh dan ia dalam keadaan beriman ,maka tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adail (terhadapnya ) dan tidak pula pengurangan haknya”. QS Thaha /20 :112.



Ketika saya akan berbicara mengenai”Pribadi yang Melayani “di sebuah pelatihan untuk peningkatan kualitas aparatur pemerintahan di salah satu daerah di Jawa Timur. Seperti biasa saya di “isolasi” di ruangan yang terdapat panitia didalamnya.Disamping saya menjadi pendengar pasif menyaksikan obrolan panitia. Tidak jarang saya pun diminta menanggapi beberapa kesulitan menerapkan “Talent Management ‘ di tempat itu.

Inilah beberapa keluhan dari mereka ;

“Begini kank hari.bapak yang baru lewat mengambil berkas tadi sebenarnya pangkatnya tinggi ,gaji yang diterima hampir 3 juta….tapi pekerjaannya ya cuma itu itu saja,,.!’ Kata Pak Djono.

‘Ya ,beliau memang bekerja sejak lama . dari dulu dia memang begitu gak bisa bekerja lain . tapi lantaran kenaikan pangkat /golongan secara otomatis …ya ngikut juga. Gajinya naik berkali lipat beban tugasnya masih tetap…!,tapi dia bangga loh pangkatnya tinggi “.Didukung Ibu Sri.

Saya lebih senang diam ,karena ingin menyaksikan dan mendengarkan komentar beberapa orang disana. Tidak lama kemudian pak Ario ikut berbicara:

“Betul,kank disini untuk penyelia atau middle management jumlah SDM nya cukup banyak sedang jumlah job yang sesuai dengan golongan mereka tidak memadai.Kami juga binggung harus bagaimana ?”

Sepertinya komentar mereka lebih tepatnya curhat makin hangat. Saya tidak komentar sedikitpun kecuali menyimak baik baik curhat yang mereka sampaikan.

“Yang lebih parah proyek dengan dana segar itu hanya jatuh keorang tertentu saja,sedangkan kami jarang dipakai…ya lantas kank hari bisa lihat bagaimana teman teman akhirnya hanya absen lalu ngobrol di berbagai tempat..!.",Pak Djono berbicara berapi api.

Pak Tikno yang memiliki bidang kerja operasional juga ikut ikutan komentar:’ Inilah kank hari yang membuat kami mengalami demotivasi,tugas operasional yang kami lakukan cukup berat,tapi gaji kami tidak sebanding dengan yang golongannya dan gaji nya bagus kerjanya tidak jelas . sebagian kami kerja ya sekedarnya..prinsipnya buat apa kerja susah waong meraka yang hanya kerja begitu saja gajinya besar…/. Kami sudah disekolahkan diikutkan pelatihan berbulan bulan dijawa barat. Ya itu tadi tidak pernah bisa kami praktekkan…..!

Kalau saja waktu untuk saya tidak mepet saya memang akan senang hati mendengar keluhan beliau sobat-sobat saya yang PNS tadi . namun Panitia member tanda giliran saya member pelatihan.

Berangkat dari keluhan para PNS tadi saya berkesimpulan ,bahwa tidak semua PNS menikmati kondisi digaji tanpa jelas pekerjaan nya itu sebagai kebahagiaan bekerja ,job meaning , melainkan mereka malah resah…

Kondisi seperti ini dari perjalanan “road show “saya dibeberapa instansi hampir merata mmemiliki kesamaan persoalan.Apakah bisa memunculkan prinsip keadilan dalam bekerja di PNS ?.Saya dan beberapa teman middle dan top management sepakat jika sitemnya mendukung dan tiap instansi diberi kewenangan menentukan KPI, key performance indicator plus kenaikan tunjangan dan pangkat. Dengan kata lain bukan sekedar system administrasi tersentral.Selama ini belum terlaksana jangan berharap !!.

Lantas bagaimana kami harus melangkah ? itu pertanyaan hampir sermpak pada saat ssi diskusi pada pelatihan “Pribadi yang Melayani “


Saya terdiam sejenak ….karena pada akhirnya perubahan perilaku kearah kebaikan dan kemajuan bekerja itu menjadi lebih subjektif.Jadi tips yang tepat adalah perubahan diri .niat dalam hati.Yaitu berniat sungguh dalam bekerja setiap tugas yang diamanatkan tanpa pamrih.


Yang kedua prinsip keadilan diri atau emphatic skill. Saya mencoba menterjemahkan kata adil ,karena adil itu masih dalam tataran abstrak .Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti kata “adil”.:1. Tidak berat sebelah/tidak memihak 2.berpihak pada kebenaran dan 3. Sepatutnya tidak sewenang wenang.

Sedangkan dalam QS Ali Imran /3 :18 Alah berfirman :”Allah menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia,para malaikat dan orang orang berilmu. Dia Yang menegakan keadilan. Tiada tuhan melainkan Dia ,Yang Maha Perkasa lagi Maha bijak sana.

Jika diterjemahkan dalam perilaku maka seorang pegawai negeri dari golongan manapun.

1. Mengerjakan tugas rutin yang semestinya dikerjakan secara optimal . memberikan yang terbaik dari yang dia bisa. Tanpa membandingkan denagan pendapatan orang lain karena kelak yang bakal “dipertanggung jawabkan “. Adalah kewajiban nya sebagai seorang “kahlifah “ dan bukan haknya.

2. Tidak sombong . m,enolak kenyataan dan merendahkan orang lain.Serta tidak egois mementingkan diri dan “kelompoknya”.

3. Tidak sok kuasa ,menguasai orang lain dan proyek.

4. Tidak semena mena mengorbankan orang lain untuk kepentingan pribadi/kelompoknya. Siap menerima kritik serta evaluasi dan dapat menyelesikan complain.

5. Bijak memiliki kerendahan hati dan berani memperjuangkan hak orang lain.

Mungkin sebagian teman akan mengatakan mulai dari mana saya melakukan ? mulai dari yang anda anggap paling mudah dikerjakan selajutnya lakukan satu satu. Ingat setiap amal shaleh anda bakal mendapatkan Pahala dari Nya !

“ Barangsiapa mengerjakan amal amal shaleh dan ia dalam keadaan beriman ,maka tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adail (terhadapnya ) dan tidak pula pengurangan haknya”. QS Thaha /20 :112.Amin

Sabtu, 28 Agustus 2010

Gajiku dari Uang Haram


Gajiku dari Uang Haram



Dedi adalah sarjana akutansi yang baru saja diteima bekerja pada perusahaan cosumer good.menjadi i tenaga pembukuan keuangan. Sebagai seorang trainee atau uji coba kerja selama tiga bulan . ,Suka tidak suka mau tidak mau dia harus sami’na watho’na alias pokoknya sekedar menjalankan tugas sebaik baiknya. Agar dedikasi dan loyalitasnya dapat dijadikan pertimbangan untuk lolos masa uji coba bekerja.

Dedi yatim piatu ,hidup bersama adik nya yang masih sekolah di sebuah MTsn dan seorang nenek yang membesarkan nya sejak dia ditinggal oleh kedua orang tuanya.Dedi di didik denagan nilai nilai religiulitas yang solid. Sehingga personal value Dedi sangat kuat dalam internalisasai nilai nilai tersebut. Nyaris tanpa cela dalam menjalankan perintah dan menjauhkan diri dari larangan Tuhan. Dedi juga dikaruniai otak yang cerdas sehingga sejak SD hingga PT selalu mendapatkan bea siswa.cum laude diraihnya saat S1 nya telah diselesaikannya.


Dalam suatu kesemapatan Dedi bertemu saya dan mengungkapkan kegelisahan hati> karena setelah di sadarinya pekerjaan yang dilakukannya itu banyak melanggar norma yang telah diyakini.Pembukuan ganda , omset semu ,pendanaan fiktif dan biaya biaya siluman lainnya menjadi “makanan” sehari hari.Sebagai seorang yang sangat” alim” yang sangat faham etika moral dan sebagai lulusan terbaik dibidang akuntansi. Tentu saja keadaan yang demkian itu sangat menyiksa hati dan pikirannya.

Saya iseng mencoba menggoda nya .”wah kan enak posisi yang saat ini anda pegang”.

“Enak apanya kank hari ?”Jawabnya

Dia mulai menarik tangan saya untuk menunjukkan bahwa persoalan yang dihadapi sangat serius !!

“ Sesungguhnya pekerjaan yang saya hadapi merusak semua keyakinan yang selama ini saya pegang teguh . Bisnis semacam ini sebenarnya dapat menggrogoti keimanan saya. Percuma saya shalat kalau saya justru pelaku dari .kekejian dan kemunkaran….Saya kadang merasa justru tersiksa….”

“ Kenapa tidak resign…?”

“Itulah kank ,saya pun dimarahi ustadz dan beberapa ulama di kampong saya ,katanya saya tidak yakin kepada Allah selama saya bekerja ditempat ini.Pada saat menceritakan kondisi yang terjadi. Tapi saya juga ragu….!”

“Apa yang kamu ragukan ?”

“ Pertama:Saya bekerja belum genap setahun,. Kedua gaji yang saya terima lumayan besar untuk posisi yang saya terima disbanding perusahaan lain. Ketiga dengan gaji sebesar ini saya bisa membiayai nenek dan sekolah adik. Apalagi saat ini nenek saya butuh biaya besar karena penyakit paru paru .”

“Mengapa tidak berpikir ngelamar ditempat lain…?

“Itulah, saya juga binggung karena sudah puluhan lamaran saya kirim . Tidak ada perusahaan satupun bersedia menerima saya . kalaupun ada gaji dan bidang pekerjaannnya tidak sesuai…?”

Kenapa tidak mengadu kepada Allah?

“ Sudah kank setiap malam saya selalu menagis dihadapanNYA, mungkin karena yang saya makan haram jadi doa saya diabaikan ya Kank…?

Saya pun tersenyum…dan melanjutkan pertanyaan.” Seandainya kamu memaksa keluar dari perusahaan itu resiko apa yang bakal kamu hadapi !”.

“Pasti kacau balau Kank, nenek saya tidak lagi mendapatkan pengobatan yang layak dan adk saya pasti kesulitan beaya sekolah…..saya gak bisa bayangkan Kank !” Sambil menunduk lesu.

Saya menjadi faham bahwa didalam diri orang beriman pasti akan gelisah hatinya jika melakukan pekerjaan yang melanggar “ norma “.

“OK,ketika kamu membuat pembukuan ganda itu apakah sepengetahuan atasan anda ?

“ BUKAN hanya diketahui !! justru menjadi sIstem di perusahaan itu …”jawabnya setengah berteriak.

“Aha ,saya punya jawaban yang pas buat anda…”

Ya , bagaiamana kank ?

“Karena kamu saat ini sedang tidak mempunyai pilihan,maka lakukan saja perintah atasanmu itu… dengan baik…”Lansung kalimat saya dipotong !!

“ Loh Kank….”

“ sebentar, kalimat saya belum selesai. Lakukan perintah atasan mu dengan baik biarkan atasan mu yang menangung dosanya . Namun berupaya dan berdoalah agar secepatnya mendapatkan pekerjaan yang anda inginkan…ingat Tuhan Maha Tahu kondisi yang anda hadapi ini bukan karena keinginan anda..!

Kira kira jika anda sebagai Dedi adakah solusi yang lebih baik ….!

Kamis, 19 Agustus 2010

Buktikan ,bukan Mental “Pegawai”….!


Buktikan ,bukan Mental “Pegawai”….!


“ Berangkatlah baik dalam keadaan ringan (be motivated) maupun merasa berat (demotivation) dan berjihadlah (powerfull effort) dengan harta dan dirimu dijalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui…”. QS At –Taubat :41.

Suatu saat saya ditanya tentang kualitas kinerja pegawai negeri di salah satu instansi pemerintah. Maka saya menjawab ayo kita lihat saja….! Perlu di ingat selama belum terwujud ukuran kinerja yang jelas sulit untuk menentukan kualitasnya.Namun secara umum setiap pegawai bisa mengalami penurunan produktifitas dan demotivasi apalagi jika internal competition system tidak terbangun dan kepribadian pegawai itu memang lemah ..!

Inilah beberapa ciri mental “pegawai “:

Pertama,Orang bekerja disebabkan motivasi,hanya saja mental “pegawai” lebih termotivasi oleh factor terpenuhinya berbagai kebutuhannya sendiri dari pada hasrat berprestasi .Kebutuhan itu mulai dari kebutuhan dasar seperti kecukupan gaji dan tunjangan,bahkan tidak jarang mereka harus mempertanyakan nilai rupiah jika mengerjakan sesuatu ,”….ada uangnya nggak untuk pekerjaan ini..?”.Sampai pada kebutuhan akan pengakuan “…jika tidak ada pengaruhnya pada kenaikan pangkat ,mengapa susah susah mengerjakannya bikin repot saja.!”.

Maka pastikan diri anda untuk sanggup memberikan kinerja yang terbaik dari yang anda bisa jika anda memang mengaku professional.

Kedua,Pegawai/karyawan hanya terjebak pada SOP sampai melupakan pelayanan pari purna bagi “costumernya”,serta enggan belajar dari instansi lain yang menuntut pelayanan handal bagi segenap aparatnya.”……yang kita lakukan ini kan sudah benar sesuai dengan ketentuan yang harus kita kerjakan kalau tuntutan masyarakat lebih dari itu memang masyarakatnya yang kebablasan,reformasi tanpa batas ya seperti ini hasilnya…” Padahal makin maju peradaban tututan akan pelayanan tidak statis.

Sebagai seorang professional apakah anda sudah meng up grade diri dengan menambah wawasan tentang “service quality” dari berbagai instansi atau perusahaan ?
Selanjutnya menggunakan nya sebagai upaya meningkatkan kualitas layanan di instansi anda ?


Ketiga,Pelayanan kepada masyarakat sering dilakukan secara umum /massal dan tidak dilakukan secara personal sehingga masyarakat cendrung merasa tidak dilayani secra manusiawi. Simak keluhan masyarakat jika dilayani secara missal”…….kita ini bayar.. diperlakukan seperti ini apa sih maunya mereka apa harus pakai uang pelicin supaya cepet selesai….”

Jika anda tidak suka di perlakukan tidak manusiawi dalam mendapatkan pelayananan jangan pernah perlakukan itu kepada “costumer “ anda . karena bukan saja perlakuan anda masuk dalam bad memory mereka tapi citra instansi anda dipertaruhkan ,apalagi pengaduan lewat berbagai media saat ini, demikian mudahnya..!

.
Sudah siapkah anda menjadi profesional yang bukan cuma "pegawai"?