Patut yang
diacungi jempol bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai
aparaturnya dengan berbagai tunjangan,
dengan catatan meningkat pula kesadaran akan pelayanan prima kepada masyarakatnya. Sehingga
beberapa budaya perilaku “pegawai” seperti dibawah ini dapat terkikis melalui sistem indikator
berbasis kinerja. Jika tidak sangat berdosalah pemerintah dalam meningkatkan
pembiayaan kesejahteraan pegawai tanpa diiringi
peningkatan kinerja. Beberapa kebiasaan itu adalah :
Selasa, 21 Juli 2015
Kamis, 02 Juli 2015
Pelayanan Prima SKPD: Stagnan
"Ini sudah program tahunan, sudahlah gak usah neko
neko..”. dan seluruh
pegawai SKPD terjebak pada pekerjaan rutin harian dengan ritme seperti biasanya
saja. Kemacetan pola pikir dan daya kreasi bisa jadi karena dibentuk oleh situasi sehingga memang tidak
ada perubahan, padahal tuntutan dan kebutuhan masyarakat mengalami perubahan.
Rabu, 01 Juli 2015
Pelayanan Prima SKPD : Tujukkan anda kredible..!
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS Al Baqarah 137
Jangan kuatir pak untuk tugas proyek mendatang sudah
kita atur time scedule dan capaian kepuasaan masyarakat yang kita layani, saya
sendiri yang akan mengawal pak.. !”.kata seorang kasie
kepada pejabat Eselon 2 saat
metting mingguan.
Pelayanan Prima SKPD : Maaf yang Tidak Bermakna !
“Maaf ya..kali ini kami masih mengalami persoalan di pusat , .....maaf ya kali ini ada persoalan
internal.., maaf ya ...maaf ya dan
beribu ribu maaf”yang dilontarkan sudah tidak bisa lagi membuat senyum
manis yang memaafkan bertambah manis tapi bisa jadi makin ngedumel, “maaf maaf nggak ngerti tah awake dewe iki
butuh...!”. Semoga ini tidak lagi terjadi di layanan SKPD yang dikelola
aparatur negara.
Langganan:
Postingan (Atom)