dieksploitasi..”. Perilaku ini biasanya jarang dilakukan top manajemen karena mereka punya perhitungan matang untuk kepentingan pencitraan ataupun efektivitas pengembangan SDM.
Yang sering terjadi dilakukan para penyelia atau staf senior
atau staf pegawai tetap. Dikarenakan mereka tidak memiliki kewenangan
membayar ,memanfaatkan tenaga orang potensial secara Cuma cuma,cari muka dengan
mengakui sabotase hasil karya orang lain dan menggunakan tenaga orang lain untuk
memperbesar perut sendiri.
Celakanya orang orang
yang jadi korban eksploitasi itu adalah orang orang tulus jujur dan
pekerja keras. Walaupun mungkin dalam
status kepegawaian bukan termasuk
pegawai tetap atau senior yang berpengalaman ,tetapi dalam pola pikir,mereka
tahu benar bahwa memberikan yang terbaik dari yang dia bisa itu adalah kepuasan
tersendiri. Tercermin dari ritme bekerja
yang tanpa kenal batas waktu ,mereka hanya berpikir bagaimana bisa
mengembangkan diri dan instansi di mana dia
bekerja tanpa berhitung berapa harga “kreativitasnya” ,pay for performance....
Pola berpikir positif dan tulus inilah
yang membuat orang lain suka akan semangat dan hasil kerjanya... namun
giliran mereka harus memberikan reward dalam
bentuk rupiah /dolar .Orang
orang potensial ini sering tidak diperhitungkan untuk mendapatkan haknya. Mereka berpikir
dengan dibayar segini saja sudah cukup jadi mengapa ditambah atau lebih
parahnya hak yang semestinya diterimakan kepada orang bersangkutan “ ditilep” untuk kepentingan pribadi. Dengan cara
memarkup jumlah yang diterima melalui tanda tangan
kwitansi kosong ,atau berkas ganda
berbasis SPJ,bukan rahasia umum ..
”Sayangnya
sang Gorila cukup hanya makan kacang”
0 komentar:
Posting Komentar