Sabtu, 30 Maret 2013

Solusi Mendongkrak Mutu SDM ,Case Study : APL



“ Dalam mengoptimalkan kinerja mereka (SDM ) ,kami tidak  menekankan lewat ancaman pemecatan atau  yang berkaitan dengan kesejahteraan mereka namun cukup dari bicara  hati ke hati ,’. ujar Indra W .Antono ,VP Corporate Marketing Agung Podomoro Lands (APL ) 

Tidak dapat dipungkiri keberhasilan sebuah industri atau instansi dalam memberikan pelayanan prima  dan memenangkan persaingan  sangat bergantung pada mutu SDM. Karena proses pengelolaan dan pengembangan SDM semestinya menjadi fokus utama dari sebuah proses pelayanan prima . Berikut beberapa pelajaran yang bisa kita ambil  dari kesuksesan APL dalam pengelolaan dan pengembangan SDM 

 :
Pertama : Rekrutmen

Menurut Indra :  orang yang pendidikannya tinggi belum tentu sukses. Tetapi orang  yang mungkin hanya lulus  SMP atau SMA ,namun memiliki  daya kemauan  belajar yang tinggi ,pasti akan sukses . Di APL ,pernah ada Office Boy yang cuma lulusan SMP  ,setelah diberikan Training ,ia menjadi Top Sales “. 

Dalam perekrutan karyawan APL menerapkan penyaringan  yang ketat namun fleksibel dalam hal pendidikan ,terutama untuk divisi promosi dan sales . Memilih karyawan yang berdomisili dekat daerah proyek lebih diutamakan  dikarenakan mereka lebih kompeten tahu seluk beluk jalan  lokasi. Dalam hal strategi dilapangan  ,pihak APL tidak pernah mencampuri gaya penjualan tiap tiap tim sales dan promosi .Sebab  diyakini setiap  orang memiliki cara tersendiri yang didapat seiring dengan waktu atau pengalaman yang pernah didapat sebelumnya. Pemimpin divisi hanya mengkomunikasikan garis besar ide dan target yang ingin dicapai perusahaan  mereka dapat menjalankan sesuai caranya sendiri selama tidak melanggar hukum atau norma.

Pelajaran yang bisa diambil dari proses rekrutmen :jika aparatur  pemerintah melakukan proses rekrutmen pegawai , bisa saja gelar akademik sebagai pertimbangan untuk kompetensi berbasis kinerja namun yang harus diperhatikan adalah sikap mental ,hasrat besar untuk belajar memahami medan /bidang pekerjaan yang bakal dijalani  dan pengkondisian agar setiap pegawai dapat memberikan  dedikasi terbaik atas kinerja yang dimiliki. Jadi bukan sekedar rekrutmen apalagi berbau Nepotisme.

Kedua : Teladan 

Misal ,sewaktu promo bersama tim sales yang lain  ikut mengambil  brosur dan bertemu dengan costumer. Bahkan ,Pak Trihatma (Pemimpin APL)  sendiri pernah menunjukkan teladan dengan memungut sampah  yang kebetulan ada diwilayah kantor . Office boy yang melihat itu langsung tergugah sekaligus mungkin was was. Namun ,efek positifnya ,ia menjadi terdorong untuk sedapat mungkin bekerja lebih baik tanpa ditegur”. tutur Indra

Keteladanan bagi  pegawai aparatur pemerintah   memegang peranan penting dikarenakan top down approach masih berlaku kental di instansi . Jika menginginkan kejujuran pada bawahan maka keteladan atasan adalah jujur ,terbuka dan dapat bertanggung jawab,sehingga pegawai kesulitan membantah ketika ditegur atas  beban kerja yang tidak dapat dipertanggung jawabkannya.

Ketiga ,Training 

Di APL,karyawan mendapat training setahun dua sampai  tiga kali .setelah itu ada training tambahan  untuk setiap divisi .Para trainer biasanya dipilih dari pemimpin divisi internal yang di swicth . Misalnya : Untuk Training  ke divisi sales ,divisi promosilah yang memberikan pelatihan ,begitu juga sebaliknya. Tujuannya agar peserta Training merasa nyaman dan bebas menumpahkan keluh kesahnya. Sebab kerap terjadi ,bawahan sungkan untuk menceritakan keluhan kepada atasannya sendiri dan lebih nyaman melakukan kepada orang lain. Setelah ditemukan kendalanya selanjutnya tindak lanjuti oleh pimpinan masing masing divisi.

Diklat pada pegawai aparatur  pemerintah secara internal bisa dilakukan oleh masing masing kasie kepada seksi operasional yang berbeda seperti kasie keuangan memberikan traning kepada pegawai operasional  agar dalam bekerja sesuai DPA atau SPJ   demikian juga sebaliknya ,agar terjalin hubungan saling pengertian. Setelah diketahui kesulitan masing masng pegawai maka masing masing kasie  bersangkutan dapat memberikan solusi.

Keempat : Penghargaan 

Agar terjadi kekompakan dan semangat berprestasi APL mengadakan Marketing Award  sebagai bentuk apresiasi  untuk kinerja para sales  yang berprestasi . Sekecil apapun  hasil mereka  akan selalu dihargai  terlebih bagi mereka yang berprestasi . Setiap orang pada dasarnya amat suka hasil karyanya dihargai .

Guna meningkatkan semangat kerja para pegawai aparatur maka sistem penghargaan harus berazas kan keadilan dan terbuka dengan prinsip siapa yang bekerja akan mendapatkan hasil /penghargaan atas tugas utama maupun tugas tambahan apalagi yang berprestasi . Jadi dalam penunjukan atas tugas tambahan berdasarkan like atau dislike apalagi jika berbicara proyek.

Kelima : Tegas   

“saya sering bertanya satu persatu ke tim saya,apakah  mereka siap untuk berjualan . kalau tidak ,saya akan bilang bahwa dia harus istirahat dulu sampai benar benar siap. Sebab pekerjaan sales sering dipengaruhi mood. Ini berdasarkan  apa yang saya alami dulu selama 12 tahun menjadi sales ,tutur Indra 

Dalam menyikapi anggota tim yang moodnya  sedang buruk ,APL tidak segan segan menonaktifkan sementara anggota tim daripada merusak tim kerja secara keseluruhan.

Ketegasan sering kali sulit dilakukan para atasan langsung dari para pegawai aparatur lantaran budaya sungkan atau pegawai titipan sehingga etos kerja semangat berprestasi sering terabaikan oleh budaya kerja yang tidak kondusif yang kerap menjadi stigma masyarakat ,bahwa pegawai aparatur  tidak terukur kinerja  dan prestasinya.

Pegawai  aparatur memiliki motivasi kerja yang tinggi pada saat pertama kali kerja  ,tinggal bagaimana para atasan mengelolanya...

 Materi dikembangkan dari : , Majalah Marketing:05 /XI /Mei 2010 

0 komentar:

Posting Komentar