Tidak dapat dipungkiri
keberhasilan sebuah industri atau instansi dalam memberikan pelayanan
prima dan memenangkan persaingan sangat bergantung pada mutu SDM. Karena
proses pengelolaan dan pengembangan SDM semestinya menjadi fokus utama dari
sebuah proses pelayanan prima . Berikut beberapa pelajaran yang bisa kita
ambil dari kesuksesan APL dalam pengelolaan
dan pengembangan SDM
:
Pertama : Rekrutmen
Menurut Indra : orang
yang pendidikannya tinggi belum tentu sukses. Tetapi orang yang mungkin hanya lulus SMP atau SMA ,namun memiliki daya kemauan
belajar yang tinggi ,pasti akan sukses . Di APL ,pernah ada Office Boy
yang cuma lulusan SMP ,setelah diberikan
Training ,ia menjadi Top Sales “.
Dalam perekrutan karyawan APL
menerapkan penyaringan yang ketat namun
fleksibel dalam hal pendidikan ,terutama untuk divisi promosi dan sales .
Memilih karyawan yang berdomisili dekat daerah proyek lebih diutamakan dikarenakan mereka lebih kompeten tahu seluk
beluk jalan lokasi. Dalam hal strategi
dilapangan ,pihak APL tidak pernah
mencampuri gaya penjualan tiap tiap tim sales dan promosi .Sebab diyakini setiap orang memiliki cara tersendiri yang didapat
seiring dengan waktu atau pengalaman yang pernah didapat sebelumnya. Pemimpin divisi
hanya mengkomunikasikan garis besar ide dan target yang ingin dicapai perusahaan mereka dapat menjalankan sesuai caranya
sendiri selama tidak melanggar hukum atau norma.
Pelajaran yang bisa diambil dari
proses rekrutmen :jika aparatur pemerintah
melakukan proses rekrutmen pegawai , bisa saja gelar akademik sebagai
pertimbangan untuk kompetensi berbasis kinerja namun yang harus diperhatikan
adalah sikap mental ,hasrat besar untuk belajar memahami medan /bidang
pekerjaan yang bakal dijalani dan
pengkondisian agar setiap pegawai dapat memberikan dedikasi terbaik atas kinerja yang dimiliki. Jadi
bukan sekedar rekrutmen apalagi berbau Nepotisme.
Kedua : Teladan
“Misal ,sewaktu promo bersama tim sales yang lain ikut mengambil brosur dan bertemu dengan costumer. Bahkan ,Pak
Trihatma (Pemimpin APL) sendiri pernah
menunjukkan teladan dengan memungut sampah
yang kebetulan ada diwilayah kantor . Office boy yang melihat itu
langsung tergugah sekaligus mungkin was was. Namun ,efek positifnya ,ia menjadi
terdorong untuk sedapat mungkin bekerja lebih baik tanpa ditegur”. tutur Indra
Keteladanan bagi pegawai aparatur pemerintah memegang peranan penting dikarenakan top down approach masih berlaku kental
di instansi . Jika menginginkan kejujuran pada bawahan maka keteladan atasan
adalah jujur ,terbuka dan dapat bertanggung jawab,sehingga pegawai kesulitan
membantah ketika ditegur atas beban
kerja yang tidak dapat dipertanggung jawabkannya.
Ketiga ,Training
Di APL,karyawan mendapat training setahun dua sampai tiga kali .setelah itu ada training tambahan untuk setiap divisi .Para trainer biasanya dipilih dari pemimpin
divisi internal yang di swicth .
Misalnya : Untuk Training ke divisi
sales ,divisi promosilah yang memberikan pelatihan ,begitu juga sebaliknya.
Tujuannya agar peserta Training merasa nyaman dan bebas menumpahkan keluh kesahnya.
Sebab kerap terjadi ,bawahan sungkan untuk menceritakan keluhan kepada
atasannya sendiri dan lebih nyaman melakukan kepada orang lain. Setelah
ditemukan kendalanya selanjutnya tindak lanjuti oleh pimpinan masing masing divisi.
Diklat pada pegawai aparatur pemerintah secara internal bisa dilakukan
oleh masing masing kasie kepada seksi operasional yang berbeda seperti kasie
keuangan memberikan traning kepada pegawai operasional agar dalam bekerja sesuai DPA atau SPJ demikian juga sebaliknya ,agar terjalin
hubungan saling pengertian. Setelah diketahui kesulitan masing masng pegawai
maka masing masing kasie bersangkutan dapat
memberikan solusi.
Keempat : Penghargaan
Agar terjadi kekompakan dan
semangat berprestasi APL mengadakan Marketing Award sebagai bentuk apresiasi untuk kinerja para sales yang berprestasi . Sekecil apapun hasil mereka akan selalu dihargai terlebih bagi mereka yang berprestasi .
Setiap orang pada dasarnya amat suka hasil karyanya dihargai .
Guna meningkatkan semangat kerja
para pegawai aparatur maka sistem penghargaan harus berazas kan keadilan dan
terbuka dengan prinsip siapa yang bekerja akan mendapatkan hasil /penghargaan
atas tugas utama maupun tugas tambahan apalagi yang berprestasi . Jadi dalam
penunjukan atas tugas tambahan berdasarkan like atau dislike apalagi jika
berbicara proyek.
Kelima : Tegas
“saya sering bertanya satu
persatu ke tim saya,apakah mereka siap
untuk berjualan . kalau tidak ,saya akan bilang bahwa dia harus istirahat dulu
sampai benar benar siap. Sebab pekerjaan sales sering dipengaruhi mood. Ini
berdasarkan apa yang saya alami dulu
selama 12 tahun menjadi sales ,tutur Indra
Dalam menyikapi anggota tim yang
moodnya sedang buruk ,APL tidak segan
segan menonaktifkan sementara anggota tim daripada merusak tim kerja secara keseluruhan.
Ketegasan sering kali sulit
dilakukan para atasan langsung dari para pegawai aparatur lantaran budaya
sungkan atau pegawai titipan sehingga etos kerja semangat berprestasi sering
terabaikan oleh budaya kerja yang tidak kondusif yang kerap menjadi stigma
masyarakat ,bahwa pegawai aparatur tidak
terukur kinerja dan prestasinya.
Pegawai aparatur memiliki motivasi kerja yang tinggi
pada saat pertama kali kerja ,tinggal
bagaimana para atasan mengelolanya...
Materi dikembangkan dari : , Majalah Marketing:05
/XI /Mei 2010
0 komentar:
Posting Komentar